Hujan Buatan Di Makassar

Hujan Buatan Di Makassar

FAJAR.CO.ID,MAKASSAR — Makassar kini masih dilanda kekeringan. Mengatasi hal itu, salah satu cara menanggulangi diwacanakan dengan membuat hujan buatan.

Hal itu diungkapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar. Meski begitu, rencana itu hingga kini belum terwujud.

BPBD Makassar mengaku hingga kini belum bisa membuat hujan buatan. Pasalnya, bibit awan di langit kota Makassar dan sekitarnya tak kunjung muncul.

"Belum ada, saat ini di sekitar Kota Makassar masih langit biru, makanya kita belum bisa lakukan hujan buatan," kata Kepala BPBD Kota Makassar Achmad Hendra, Sabtu (14/10/2023).

Ia menjelaskan, harus ada bibit awan yang disemai terlebih dahulu untuk memunculkan hujan, sehingga saat ini hujan buatan belum bisa dilakukan.

"Kalau hujan buatan yah, itu belum bisa lakukan. karena itu hujan buatan kan bukan langsung hujan serta merta kita bikin tapi harus ada bibit-bibit awan itu supaya bisa disemai menjadi hujan," jelasnya.

Kata Achmad, dari informasi yang ia dapat dari Badan Meteorologi , Klimatologi dan Geofisika(BMKG) musim penghujan nanti diprediksi awal November mendatang.

"Itu awal november berdasarkan informasi dari BMKG secara umum nanti bakal masuk musim hujan, baru masuk yah, bukan langsung hujannya jadi mungkin akhir november baru bisa ada hujan tergantung kondisi cuaca lagi itu," tuturnya.

Untuk itu, ia membeberkan dirinya telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi untuk melakukan hujan buatan jika terdapat bibit awan mendatang.

"Iya jelas pastimi itu, saat ini kita juga sudah lakukan koordinasi dengan BPBD Provinsi terkait rencana hujan buatan ini," pungkasnya.

Ini Alasan BPBD Makassar Belum Bisa Membuat Hujan Buatan

Oleh | Senin, 20 November 2023 | 13:32 WITA

MAKASSAR, LINKSULSEL.COM- Makassar kini masih dilanda kekeringan. Mengatasi hal itu, salah satu cara menanggulangi diwacanakan dengan membuat hujan buatan.

Hal itu diungkapkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar. Meski begitu, rencana itu hingga kini belum terwujud.

BPBD Makassar mengaku hingga kini belum bisa membuat hujan buatan. Pasalnya, bibit awan di langit kota Makassar dan sekitarnya tak kunjung muncul.

“Belum ada, saat ini di sekitar Kota Makassar masih langit biru, makanya kita belum bisa lakukan hujan buatan,” kata Kepala BPBD Kota Makassar Hendra Hakamuddin.

Ia menjelaskan, harus ada bibit awan yang disemai terlebih dahulu untuk memunculkan hujan, sehingga saat ini hujan buatan belum bisa dilakukan.

“Kalau hujan buatan yah, itu belum bisa lakukan. karena itu hujan buatan kan bukan langsung hujan serta merta kita bikin tapi harus ada bibit-bibit awan itu supaya bisa disemai menjadi hujan,” jelasnya.

Kata Achmad, dari informasi yang ia dapat dari Badan Meteorologi , Klimatologi dan Geofisika(BMKG) musim penghujan nanti diprediksi awal November mendatang.

MAKASSAR, RAKYATSULSEL - Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, mengungkapkan penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tidak dapat digunakan untuk mengatasi kekeringan yang terjadi saat ini di Kota Makassar.

Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang saat ini cerah tanpa awan, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan TMC seperti hujan buatan.

Menurut Danny Pomanto, sapaan akrabnya mengatakan hujan buatan hanya dapat dilakukan jika muncul awan-awan kumulus.

"Tidak bisa karena dia blue sky, kecuali ada awannya baru bisa. Kayak awan komulus, biasanya bisa kalau ada awan awan itu," terang Danny Pomanto, Kamis (21/9).

Meski begitu, Danny menyebut jika terdapat bibit-bibit awan maka akan dilakukan hujan buatan.

Tak hanya itu, Danny membeberkan dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan telah terjadi hujan dengan intensitas rendah atau gerimis. Yakni yang terjadi di Teluk Bone dan Kota Parepare.

"Iya (hujan buatan), karena teman teman angkatan udara bilang kalau blue sky itu tidak bisa hujan buatan," tutup Danny.

Hal senada juga diungkapkan oleh, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar, Hendra Hakamuddin menyebut penggunaan TMC tidak dapat dilakukan karena kondisi cuaca di Kota Makassar saat ini yang dpengaruhi oleh dampak fenomena El Nino membuat kelembaban udara yang sangat rendah.

Sehingga, tidak dapat membentuk awan yang seharusnya dapat membantu proses TMC. Meski begitu, Hendra mengungkapkan optimisme penerapan TMC dapat dilakukan, apalagi akan memasuki mmusim penghujan.

"Beberapa daerah telah merasakan guyuran hujan, meskipun belum dengan intensitas tinggi. Ini bisa menjadi tanda positif untuk TMC ke depannya," pungkas Hendra.

Diketahui, Kekeringan yang melanda Kota Makassar makin meluas dengan sebaran 8 kecamatan yang terdampak. Yakni di Kecamatan Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea, Panakkukang, Biringkanaya, Bontoala, Makassar dan Manggala.

Berbagai langkah upaya telah dilakukan Pemerintah Kota Makassar untuk mengatasi kekeringan yang terjadi akibat dampak dari fenomena El Nino. Seperti, pendistribusian air bersih ke masyarakat dan titik sumur bor untuk sumber air. (Shasa/B)

Warga menerobos hujan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/10/2023). Sebagian besar wilayah Makassar mulai diguyur hujan dengan intensitas ringan, sementara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memprakirakan musim hujan baru terjadi pada pertengahan November 2023. (FOTO : Antara/Arnas Padda )

Sejumlah pengendara menerobos hujan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/10/2023). Sebagian besar wilayah Makassar mulai diguyur hujan dengan intensitas ringan, sementara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memprakirakan musim hujan baru terjadi pada pertengahan November 2023. (FOTO : Antara/Arnas Padda )

REPUBLIKA.CO.ID,MAKASSAR -- Warga menerobos hujan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/10/2023).

Sebagian besar wilayah Makassar mulai diguyur hujan dengan intensitas ringan, sementara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memprakirakan musim hujan baru terjadi pada pertengahan November 2023.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hujan mengguyur beberapa wilayah di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa (15/10/2024) siang.

Di depan Kampus Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Jl Sultan Alauddin, hujan terpantau cukup deras hingga menyebabkan genangan air di beberapa ruas jalan.

Tak hanya di wilayah selatan, hujan juga melanda bagian utara kota, seperti di Kecamatan Ujung Tanah dan kawasan kantor Gubernur Sulsel di Jl Urip Sumoharjo.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memastikan bahwa hujan ini bukan pertanda datangnya musim penghujan.

Menurut Staf Prakiraan Cuaca BMKG, Farid, hujan tersebut dipicu oleh dua fenomena cuaca yang sementara, dan prediksi cuaca ke depan menunjukkan kondisi kering kembali.

Baca juga: Makassar Diprediksi Hujan 2 Hari, Puncaknya Januari 2025

"Hujan yang terjadi hari ini di Makassar bukanlah pertanda musim hujan. Berdasarkan prediksi, kondisi akan kembali kering mulai besok hingga 23 Oktober," kata Farid saat dikonfirmasi.

Ia menambahkan bahwa musim penghujan di Kota Makassar diperkirakan baru akan dimulai pada akhir Oktober 2024.

Sementara itu, Farid menjelaskan dua fenomena yang memicu terjadinya hujan pada siang ini.

Pertama, suhu muka laut yang tinggi di Selat Makassar yang memicu hujan.

“Kedua, adanya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), atau gelombang awan hujan dari arah barat," jelas Farid.

Meskipun hujan cukup deras, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak dan tetap mengikuti perkembangan informasi prakiraan cuaca. (*)

Makassar, IDN Times - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) berencana menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menurunkan hujan. Hal ini menyusul kekeringan yang terus terjadi sebagai dampak dari kemarau panjang.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Amson Padolo, mengatakan pihaknya telah mengajukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menggunakan TMC. Namun untuk saat ini, teknologi tersebut belum memungkinkan diterapkan.

"Kita memang meminta kepada BNPB untuk melakukan TMC pada saat awan kumulus itu sudah bisa disemai," kata Amson saat ditemui di Kantor Gubernur Sulsel, Selasa (10/10/2023).

Menunggu awan kumulus bisa disemai

Awan memiliki tingkatan untuk menghasilkan hujan salah satunya yaitu awan kumulus. Awan kumulus merupakan jenis awan tebal dan berbentuk memanjang ke atas seperti sebuah bangunan. Kandungan butiran air pada awan ini yaitu butiran es yang sangat dingin dan bersuhu rendah karena ketinggiannya.

TMC sangat ditentukan dengan ketersediaan awan kumulus yang aktif du udara. Dengan begitu, awan jenis inilah yang dijadikan sebagai target penyemaian awan dalam operasi TMC.

"Kita mungkin di minggu kedua November juga bisa kita semai. Kalau sekarang kan masih bersih awannya," kata Amson.

Awal musim hujan diprediksi November 2023

Kepala Bidang Data dan Informasi Balai BMKG Wilayah IV Makassar, Hanafi Hamzah, mengatakan bahwa kemungkinan musim hujan akan dimulai sekitar akhir Oktober atau awal November 2023. BMKG berharap musim hujan sudah masuk sekitar tanggal 11-20 November 2023.

Musim hujan ditandai dengan jumlah curah hujan dalam 10 harian melebihi 50 mm. Hal ini diikuti oleh dekade atau dasarian 10 harian dengan jumlah yang sama lebih dari 50 mm.

"Jadi jangan dikatakan baru hujan sehari sudah musim hujan," kata Hanafi.

Baca Juga: Cadangan Beras Sulsel Diklaim Aman meski Ada Ancaman Kekeringan

Pemprov dorong penggunaan TMC dan sumur bor

Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, telah mendorong penggunaan TMC untuk mengatasi kekeringan. Dia menginstruksikan BPBD untuk berkoordinasi dengan BNPB agar bisa menggunakan TMC.

"TMC ini untuk menciptakan hujan buatan. Langkah ini juga kita tempuh, sementara berkoordinasi dengan BNPB," kata Bahtiar.

Selain itu, dia juga meminta agar pembangunan sumur bor bisa dipercepat. Setidaknya ini bisa menjadi solusi jangka pendek untuk mengatasi kekeringan ekstrem yang saat ini dialami masyarakat.

"Untuk mengatasi kekeringan ekstrem saat ini, kita percepat pembangunan sumur-sumur bor kita. Bukan hanya pemerintah provinsi, tapi juga pemerintah daerah dan jajaran Forkopimda," kata Bahtiar.

Baca Juga: Tiga Daerah di Sulsel Masuk Kategori Tanggap Darurat Kekeringan

Makassar (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar menanggapi turunnya hujan perdana di sejumlah wilayah kota itu dan kabupaten sekitarnya, meski belum deras pada Senin 23 Oktober 2023.

"Saat ini terpantau terdapat awan konvektif (cumulonimbus) yang tumbuh di atas wilayah Makassar dan sekitarnya, dimana awan tersebut dapat mengakibatkan hujan sedang, dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang secara tiba tiba," ujar Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Agusmin Hariansah, di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Menurutnya, awan Cumulonimbus atau awan tumpukan akan membawa hujan besar yang masuk ke wilayah Makassar dan sekitarnya itu merupakan hal normal dan tentunya sebagai masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan.

"Ini masih hal yang lumrah atau normal untuk hujannya. Tapi ini salah satu fenomena yang sering muncul saat musim peralihan atau transisi," ujarnya.

Saat ditanyakan apakah dengan tanda-tanda tersebut hujan mulai turun dan menandakan fase El Nino telah berakhir, Agusmin mengatakan seharusnya sudah masuk musim transisi dari kemarau ke hujan.

Baca juga: BMKG: Waspada angin kencang pada musim kemarau di Sulsel

"Tapi perlu penekanan atau digarisbawahi, hujan petir yang terjadi seperti ini tidak berlangsung berturut-turut di hari berikutnya, tapi kejadian atau fenomena ini memang salah satu tanda yang biasa terjadi di musim peralihan," tuturnya.

Sedangkan hujan yang turun tidak beraturan dengan potensinya ringan terjadi pada beberapa wilayah sekitar Makassar dan sebagian Kabupaten Gowa dan Maros bagian tengah dan timur.

Meski demikian, pihaknya mengimbau masyarakat agar mengikuti perkembangan cuaca di website resmi BMKG serta media sosial guna mengetahui informasi kondisi cuaca terbaru.

Berdasarkan pantauan, hujan rintik dengan disertai gemuruh guntur dengan awan cukup tebal menyelimuti sebagian wilayah kota Makassar. Meski demikian, hujan tersebut tidak merata, namun awan mendung sudah terlihat.

Baca juga: BMKG: Cuaca panas di Makassar hingga pertengahan Oktober

Pewarta: M Darwin FatirEditor: Risbiani Fardaniah Copyright © ANTARA 2023

Makassar (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar memprediksi musim kemarau akan berakhir dan musim penghujan sudah masuk hingga menyebabkan hujan tidak merata di beberapa wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. "Hujan yang terjadi itu hanya sebagian wilayah Makassar dan sekitarnya yang mengalami hujan ringan. Saat ini masih masa peralihan musim (kemarau) ke musim hujan," ujar Staf Prakirawan BMKG Wilayah IV Makassar Farid saat dikonfirmasi, Kamis. Menurutnya, hujan yang terjadi Kamis pagi tadi pada beberapa titik di wilayah kota dipengaruhi awan kecil berskala lokal hingga mengakibatkan hujan dengan intensitas ringan. "Ini diakibatkan oleh awan-awan konvektif kecil dengan skala lokal, karena pemantauan dari citra satelit tidak terdeteksi awan tersebut," tuturnya menjelaskan. Kendati demikian, kata Farid, awal musim hujan ditentukan berdasarkan jumlah curah hujan dalam satu dasarian sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh dua dasarian berikutnya. Sebelumnya, BMKG memprakirakan cuaca di sebagian besar wilayah di Indonesia berpotensi hujan dengan intensitas ringan. "Untuk Pulau Sulawesi, kondisi cuaca berawan diprakirakan terjadi di wilayah Makassar," kata Prakirawan Hasalika Nurjana dalam saluran Youtube BMKG, di Jakarta, Kamis. Hujan dengan intensitas ringan diprakirakan terjadi di wilayah Palu dan Kendari. Untuk wilayah Gorontalo dan Manado diprakirakan hujan dengan intensitas sedang. Kemudian untuk wilayah Mamuju, Sulawesi Barat perlu diwaspadai akan potensi hujan yang dapat disertai dengan kilat maupun petir. Sedangkan di wilayah Maluku dan Papua umumnya terjadi hujan dengan intensitas ringan seperti di wilayah Ternate, Ambon, Sorong, Nabire, Manokwari, Jayapura, Jayawijaya, dan juga Merauke.

Makassar, IDN Times - Kota Makassar di Sulawesi Selatan belakangan memang dilanda cuaca yang cukup panas. Hal ini pun membuat publik menantikan kapan wilayah ini masuk musim hujan.

Forecaster Staklim Sulsel BMKG Wilayah IV Makassar, Vidyana Andika, memaparkan awal musim hujan di Kota Makassar akan terjadi mulai akhir bulan Oktober 2024 atau dasarian ketiga. Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers virtual, Selasa (1/10/2024).

Vidyana menjelaskan awal musim hujan ditandai dengan curah hujan selama satu dasarian atau 10 hari yang jumlahnya lebih dari 50 mm. Kondisi ini diikuti dua dasarian berikutnya atau jumlah curah hujan selama tiga dasarian berturut-turut lebih dari 150 mm.

"Untuk prediksi awal musim hujannya berada di Oktober dasarian ketiga. Karena dari Oktober dasarian ketiga sampai November kedua, curah hujannya sudah lebih dari 50 mm secara berturut-turut," kata Vidyana.

Puncak musim hujan Makassar diprediksi pada Januari 2025

Sebagaimana awal masuk musim hujan yang bervariasi, maka puncak musim hujan di Sulsel juga bervariasi. Untuk Makassar, puncak musim hujan diperkirakan akan terjadi pada Januari 2025.

Di bulan Januari 2025, sebanyak 20, 83 persen wilayah mengalami puncak musim hujan. Selain Makassar, ada juga Jeneponto, Maros, Pangkep, Takalar, sebagian besar Gowa, bagian selatan Barru dan Soppeng serta bagian barat Bone dan Bantaeng.

Pada Oktober 2024, sudah ada 4,17 persen wilayah Sulawesi Selatan yang mengalami puncak musim hujan salah satunya yakni bagian selatan Luwu. Pada November juga ada 4,17 persen yakni bagian selatan Enrekang, sebagian tengah Luwu dan bagian utara Sidrap.

Di bulan Desember ada 12,5 persen wilayah yang meliputi seluruh wilayah Parepare dan Selayar, bagian utara Barru, bagian selatan Pinrang, bagian barat Soppeng dan Sidrap. Pada Februari ada 4,17 persen wilayah yang meliputi sebagian kecil utara Luwu dan sebagian besar Luwu Utara.

Pada April 2025 sebanyak 12,5 persen yaitu seluruh wilayah Luwu Timur, sebagian besar Toraja Utara dan Palopo, bagian utara dan barat Luwu Utara, sebagian kecil utara Luwu dan Tana Toraja.

Kemudian, pada Mei 2025 sebanyak 12,5 persen wilayah yang mencakup bagian timur Bone dan Bulukumba, bagian barat Pinrang dan Tana Toraja, serta bagian timur laut Sinjai.

Pada Juni 2025 ada 29,17 persen wilayah yang mencakup sebagian besar Bantaeng, Sinjai, Soppeng, Tana Toraja, Wajo, bagian utara dan barat daya Bone, bagian barat Bulukumba dan Sidrap, bagian utara Enrekang, bagian tengah Luwu, bagian selatan Palopo dan Toraja serta bagian timur Gowa dan Pinrang.

Baca Juga: BMKG Jelaskan Penyebab Suhu Panas di Makassar

Prediksi awal musim hujan di Sulsel bervariasi

Dari data yang dipaparkan Vidyana, terlihat bahwa prediksi awal musim hujan di wilayah Sulawesi Selatan bervariasi. Pada bulan Oktober 2024, sebanyak 37,5 persen wilayah Sulawesi Selatan mulai memasuki musim hujan.

Selain seluruh wilayah Makassar, ada Enrekang, Parepare, Pinrang. Kemudian, sebagian besar Barru, Gowa, Maros, Pangkep, Tana Toraja serta bagian utara Bantaeng dan Takalar.

Kemudian, sebagian kecil barat Sidrap, bagian barat Bulukumba, Sinjai dan Soppeng, bagian barat dan selayan Luwu, bagian barat daya Bone dan Palopo serta bagian selatan Toraja Utara dan bagian utara Wajo.

Selanjutnya sebanyak 4,17 persen wilayah Sulawesi Selatan baru memasuki musim hujan pada Maret 2025 yaitu bagian timur Bone dan sebagian kecil utara Sinjai. Lanjut ke bulan April yang juga 4,17 persen yakni sebagian kecil utara Bone, sebagian kecil tengah Sidrap serta bagian tengah dan selatan Wajo.

Sifat hujan di Makassar masih kategori normal

Sifat hujan di Makassar masih termasuk kategori normal. Vidyana menjelaskan sifat hujan ditetapkan berdasarkan perbandingan antara jumlah curah hujan selama periode musim hujan terhadap rata-ratanya dalam rentang yang sama.

Jika perbandingannya kurang dari 85 persen, maka sifat hujannya di bawah norma. Jika perbandingannya 85-115 persen maka sifat hujannya normal. Kemudian jika perbandingannya lebih dari 115 persen maka sifat hujannya di atas normal.

"Curah hujan selama periode musim hujan untuk di zona musim tersebut ternyata akumulasinya pada kategori normal," kata Vidyana.